28.1.11

Cerita Sang Bijak

Cerita ini gue dapet pas gue ikutan Kemah Konservasi yang diadain Pemerintah beberapa hari yang lalu.
Disini mentor gue nyeritain satu kisah yang menurut gue inspiratif banget.
Gue nyari cerita lengkapnya tapi ga ketemu. Jadi, ini kesimpulan gue aja :))


Suatu hari, sang bijak tinggal sendiri tanpa ada seorang pun yang menemani. Entah itu keluarga, teman atau tetangga. Ia hidup seorang diri di alam bebas. Lalu seorang pendatang menemui Sang Bijak dan bertanya bagaimana ia bisa bertahan hidup seperti itu? Sang bijak mengatakan bahwa ia mendapatkan pelajaran berharga dari alam bebas yang sudah seharusnya diterapkan oleh manusia.


Pelajaran pertama adalah:
 “Saya punya pertanyaan, mengapa pohon tidak bisa tumbuh tanpa adanya sinar matahari? Dan mengapa katak tidak bisa hidup tanpa kolam?
Maknanya adalah setiap komponen di dunia ini saling membutuhkan dan saling melengkapi.


Pelajaran kedua yaitu:
dari memahami betapa tingginya semangat hidup hewan-hewan yang berada di alam liar khususnya ketika mereka mencari makan atau bermain sehingga mereka terlihat sangat menikmati hidup yang mereka jalani. Begitu halnya dengan manusia, jika kita mempunyai semangat hidup tinggi seperti para hewan, apapun masalah yang menghadang akan kita lalui dengan pikiran yang positif.


Pelajaran ketiga:
ia dapat ketika mengamati seekor ulat yang bermetamorfosis menjadi sebuah kupu-kupu. Betapa hebatnya, saat ia masih menjadi seekor ulat tak ada seorang pun yang menyukainya dan cenderung ingin menginjaknya namun ketika ia menjadi kupu-kupu? Semua orang mengagumi dan ingin menyentuhnya. Hal itu membuktikkan bahwa kita dapat melakukan perubahan dengan membuang sifat-sifat buruk pada diri kita dan mengubahnya menjadi sifat yang baik. Kita harus selalu menjadi orang yang lebih baik bagi diri sendiri juga bagi orang lain.


Pelajaran keempat:
ia dapatkan dari Laba-laba. Bagaimana setiap kali jaring yang mereka buat dengan susah payah dirusak, mereka cenderung akan langsung memperbaiki jaring tersebut tanpa mengeluh dan menunda. Jadi, kita sebagai manusia tidak seharusnya berputus asa jika dilanda masalah, segeralah bangkit dan mengatasinya.


Pelajaran kelima:
didapat dari segerombolan semut semut kecil yang kadang luput dari perhatian, sesungguhnya telah memberikan pelajaran hidup yang patut dicontoh yaitu Solidaritas. Setiap kali mereka berpapasan, mereka tak henti memberikan salam dan juga betapa kompak mereka ketika mengangkat beban atau makanan yang berat. Mereka akan bekerja sama dan mengangkat beban berat itu bersama-sama sehingga terasa lebih ringan.


Pelajaran keenam adalah:
sudah seharusnya kita dapat memilih mana yang baik dan mana yang buruk bagi diri kita. Seperti yang dilakukan oleh Lebah Madu. Mereka tidak pernah sekalipun menghinggapi bunga yang layu dan sudah mati. Maka kita harus menjadi orang yang cermat dalam memilih keputusan dan memilih jalan mana yang terbaik untuk diri kita.


Pelajaran terakhir yang dapat dipetik yaitu ketika Pohon besar yang berdiri tegak di tengah hutan senantiasa menaungi berbagai tanaman kecil di sekitarnya dan menyediakan tempat bagi cacing- cacing tanah. Sudah seharusnya sebagai manusia kita memiliki rasa peduli terhadap sesama dan alam juga kita harus saling melindungi dan saling membantu sesama tanpa imbalan dan penuh keikhlasan.
"Karena Ketika Kepedulian Luntur maka Semua Hal Indah akan Hilang."


Pesan terakhir dari Sang Bijak adalah alangkah baiknya jika kita terus membuka mata dan telinga pada semua kejadian dan fenomena yang terjadi di sekitar kita sekecil apapun itu. Karena semua komponen yang ada di alam ini menyimpan banyak pelajaran dan moral yang dapat kita ambil dan resapi juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.


"Jika saja Manusia mau Belajar Menolong dan Peduli dengan Alam, Maka Dunia ini akan Menjadi Tempat yang Lebih Indah"

2 comments: