13.3.11

Always be a Hero


Norman Edwin Sahabat Sang Alam


Dari semua tulisannya, Norman Edwin membagi pengetahuannya kepada pecinta alam Indonesia yang cintanya terhadap alam sudah samar-samar.

"Bagi para pecintanya, alam adalah rumah, sekolah, museum dan juga laboratorium. Alam bisa menjadi sarana pendidikan yang lebih bermanfaat daripada sekedar mengencangkan otot kaki dan melapangkan paru-paru yang sesak lantaran asap polusi di kota. Kesinilah arah yang lebih patut dialamatkan bagi para pecinta alam. Telah pula ditekankan pentingnya alam sebagai sarana pendidikan dan bukan cuma petualangan"



Itu hanya sepenggal paragraf dari sekian banyak tulisan Norman yang bercerita tentang Suara Alam. Bagaimana seharusnya kita mengenal alam lebih dekat, menghargai dan menghormati alam. Juga kita harus sadar betapa berharganya alam bagi kita, humankind.


Alam dan Manusia Sejati. Ya, akhirnya.... (Rudy Badil)

"Liputannya mengenai Arca Domas dan Baduy, meski menutup rangkaian tulisannya dalam buku ini, bukanlah goresan pena penutup wartawan dengan inisial NOR ini. Norman terus bertualang menyapa alam sahabatnya, hingga suatu hari dia harus bersiap-siap berangkat ke Cile dan Argentina untuk mendaki Puncak Aconcagua.
Ternyata di Puncak inilah Norman akhirnya menutup usianya. Ya, akhirnya... (ed)



Mata gue mulai berkaca-kaca waktu ngebaca paragraf di atas. Sedih rasanya. 
 Negara ini bener-bener harus kehilangan orang sehebat Norman. He's truly one of a kind.



Susahnya "makin susah makin berkisah" (Rudy Badil)

"Di kejauhan tampak seleretan sinar lampu bergerak-gerak. Jenazah Didiek dan Norman diturunkan dulu ke tanah berbatu sebelum dimasukkan ke dalam Ambulans. Muncul rasa mau menjamah dan menepuk jenazah kedua kawan itu. Saya dengan posisi setengah berjongkok, merangkul jasad beku Norman, coba mengangkatnya. Minta ampun beratnya. Norman dan Didiek yang sudah 20 hari terbenam dalam tumpukan salju dan es segar di dekat Puncak Aconcagua, bobotnya pasti makin berat karena sudah membeku dan menjadi balokan es. Akhirnya kedua jenazah itu diangkut ke ambulans."

"Di balik pagar halaman rumput gedung Fakultas Kedokteran UI, saya lihat puluhan pemuda berjaket dan berpakaian ala anak gunung, mendirikan tenda dan memasang spanduk bertuliskan kalimat: "Selamat Jalan Bang Norman dan Bang Didiek"


"Kalau saja Norman bersama Didiek Samsu mengurungkan balik ke Puente del Inca dan tidak mendaki Gunung Aconcagua di Argentina pada tengah Maret 1992, kisah hidup kedua sobat itu akan lain. Juga kalau kedua teman ini masih bertahan mentalnya, mereka rasanya masih tetap aktif sebagai wartawan tangguh dari kelompok media cetak Kompas-Gramedia. Atau kalau Norman dan Didiek masih sehat dan ada, mungkin masih tetap berpakaian ala pecinta alam dengan gaya casual dan santai"

Norman terkenal di kalangan pecinta alam sebagai pemuda saleh dan taat sembahyang lima waktu. Taat terhadap Agama dan mendedikasikan hidupnya kepada lingkungan. There's no reason to not admire him.

"Tulisan-tulisan Norman itu saya rasa masih memancing minat dan semangat kita untuk mencintai alam dan mengenal lebih jauh masyarakat di pedalaman berikut budayanya. Siapa tahu bisa mengungkit lagi semangat bertualang anak-anak muda yang sukanya mengkritik pemerintah tanpa mengenal alam dan bangsanya.

Norman bisa menjadi ikon pemuda zaman sekarang" ujar Pax Benedanto (Mapala UI)


Totally right! He really inspires me to become a better person. \(´▽`)/

The Eagle Flies Alone
"Waktu pemakaman Norman di TPU Tanah Kusir, hujan deras sekali dan sudah hampir magrib. Di tengah suasana mencekam itu, Pak Jakob memberikan sambutan terakhir:
'Rasanya suasana hujan seperti ini cocok untuk mengiringi penguburan seorang petualang.. Seperti ungkapan seorang pujangga, the Eagle flies alone. Tidak seperti bebek yang selalu mengekor, Norman dan Didiek berani menempuh jalannya sendiri seperti Garuda'".



Sumber: NORMAN EDWIN
CATATAN SAHABAT SANG ALAM.

Norman Edwin was such a hero. Semoga banyak remaja yang bisa menjadikan Norman sebagai "Role Model" daripada mengidolakan personil band atau movie star, Norman Edwin is the number one option (if you do care with Nature and this planet)


Ah, I love him so much. He's truly amazing :)

________________________________________________________________

Lalu kini, setelah hampir 20 tahun Norman tiada, apa manfaatnya anak-anak sekarang perlu mengenal Norman, apalagi hanya lewat sebuah buku? Mengenal Norman seolah mengenal satu arahan bahwa Indonesia masih begitu luas untuk dijelajahi dan perlu untuk menambah rasa nasionalisme anak-anak muda masa kini yang rasa-rasanya semakin jauh dari alam Indonesia. Dan semua itu, tentu demi kecintaan anak-anak Indonesia akan tanah airnya sendiri, tanah air Indonesia. (Kompas)

1 comment: